KRMI GMI Gloria
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
KRMI GMI Gloria

Bangkit dan Bercahayalah. .
 
IndeksGalleryLatest imagesPendaftaranLogin

 

 Kesaksian Nyata

Go down 
+2
kuk1
m46613
6 posters
PengirimMessage
m46613

m46613


Jumlah posting : 620
Location : Internet Cafe
Registration date : 26.09.08

Kesaksian Nyata Empty
PostSubyek: Kesaksian Nyata   Kesaksian Nyata Icon_minitimeTue Oct 07, 2008 2:26 am

Kesaksian pribadi atopun kesaksian org laen yg pernah kita dengar.
Kembali Ke Atas Go down
kuk1

kuk1


Jumlah posting : 814
Registration date : 04.10.08

Kesaksian Nyata Empty
PostSubyek: Lagi sibuk....   Kesaksian Nyata Icon_minitimeWed Oct 08, 2008 9:46 am

Tar w bantu post deh....hahhahah Sleep
Kembali Ke Atas Go down
kuk1

kuk1


Jumlah posting : 814
Registration date : 04.10.08

Kesaksian Nyata Empty
PostSubyek: SEGUNUNG CUCIAN   Kesaksian Nyata Icon_minitimeThu Oct 09, 2008 12:20 am

SEGUNUNG CUCIAN
(Sebuah pengalaman hidup)

Setelah beberapa tahun menikah, saya dan suami memutuskan untuk menjadi orang tua asuh. Kami mengambil dua anak laki-laki untuk diasuh. Setelah satu tahun dan satu setengah tahun kemudian, kami mengadopsi keduanya menjadi anak angkat kami.

Saat kedua anak laki-laki kami itu berumur dua tahun dan tiga tahun, kami memutuskan untuk mencoba mengasuh dua anak perempuan yang berumur satu tahun dan tiga tahun. Selama dua tahun berikutnya, rumah kecil kami terasa penuh dan saya sangat sibuk dengan urusan rumah tangga.

Setelah kedua anak perempuan itu tinggal bersama kami beberapa waktu, saya ingin mengikuti pelajaran Alkitab di gereja, tetapi selalu saja ada hal yang merintangi saya untuk datang. Karena merasa tidak punya waktu untuk datang, saya membeli kaset renungan dan tuntunan belajar, jadi saya berpikir bisa belajar Alkitab sendiri di rumah.

Siang hari, saat saya sudah membawa anak-anak untuk tidur siang, saya meneruskan kegiatan saya dengan membereskan segunung cucian yang bertumpuk di sofa untuk dilipat dan disetrika. Saat melipat cucian saya mulai mendiskusikan beban hati saya kepada Tuhan.

"Tuhan, Engkau tahu bahwa saya mulai mengikuti pelajaran Alkitab ini dan saya mencoba menemukan waktu yang tepat untuk melayani Engkau dan semua kegiatan yang lain - tapi kelihatannya saya tidak mempunyai cukup waktu. Saya sudah mencoba bangun subuh sekali, tapi selalu saja ada anak yang mendengar mendengar dan bangun serta meminta perhatian saya. Saat tidur tengah malam saya sudah sangat kelelahan. Saya pikir bisa melakukannya saat anak-anak tidur siang, tetapi itu adalah satu-satunya kesempatan saya harus membereskan pekerjaan rumah dan semua cucian. Saya rasa bisa menghadapi semua pekerjaan rumah kecuali membereskan semua cucian! Tuhan, saya percaya Engkau sangat mengetahuinya. Engkau memberi kami empat anak dibawah tiga tahun untuk dirawat, dan Engkau tahu mereka membutuhkan pakaian bersih; dan Engkau juga tahu banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan itu semua. Saya percaya Tuhan mengetahui itu semua."

Pada hari Minggu saya dan suami menunggu anak-anak di Sekolah Minggu, saat Betty, yang sudah kami anggap sebagai nenek sendiri, datang dan duduk di samping kami. Betty adalah seorang janda yang telah berhasil membesarkan kelima anaknya. Dia adalah wanita yang sangat baik yang selalu siap menolong orang lain yang membutuhkan. Dia juga banyak membantu keluarga kami jika ada acara dan selalu memberikan semangat dan doa.

Dia memeluk saya dan berkata, "Nenek punya sebuah saran untukmu."

Dengan rasa ingin tahu saya menjawab, "Apa itu nek?"

Dengan lembut dia meneruskan, "Saya percaya ini dari Tuhan. Biarkan nenek membereskan semua cucianmu."

Saya duduk dengan mulut ternganga sedangkan pikiran saya berputar-putar untuk memikirkan kepada siapa saja saya sudah membicarakan masalah cucian saya. Setahu saya, saya belum pernah membicarakan masalah ini kepada siapa pun, bahkan kepada Rodney suami saya. "Apakah nenek tahu seberapa banyak cucian saya?" saya berbisik sambil air mata mulai tegenang.

"Sayang, nenek sudah membesarkan lima anak. Percayalah, nenek tahu seberapa banyak cucianmu."

Dia meneruskan, "Kamu tahu, apa yang kamu lakukan bersama suamimu untuk membesarkan anak-anak ini adalah perbuatan yang sangat mulia. Tetapi nenek juga tahu bahwa itu adalah pekerjaan yang sangat berat. Nenek sudah tua dan tidak bisa membantu mengawasi anak-anak, tetapi nenek bisa membereskan cucianmu. Kamu hanya minta Rodney mengantarkan ke rumah nenek saat berangkat kerja, kemudian dia mengambilnya kembali saat pulang. Nenek akan mencuci, mengeringkan, menyeterika dan melipat semuanya dengan baik."

Saya merasa malu karena membicarakan masalah pribadi dan saya saya berpikir, "Oh Tuhan saya tidak bisa memberikan pakaian dalam saya dicuci orang lain."

Betty melanjutkan perkataannya. "Minggu lalu nenek memperhatikan kamu saat mengikuti ibadah terlihat sangat letih. Nenek terus memikirkannya sepanjang minggu itu dan Tuhan berkata, 'Tanya Ronni supaya cuciannya bisa dibantu.'" Dia mengakhiri dengan, "Sekarang, jangan menolak berkat ini."

Saya tidak tahu bagaimana menanggapinya. Karena tidak ingin menyakiti perasaan Betty saya menjawab, "Saya akan bicarakan dulu dengan Rodney ya nek."

Walaupun telah mencurahkan semua beban berat dalam hati tetang bagaimana beratnya waktu yang saya jalani dan saya ingin ingin punya waktu bersekutu denganNya, tetapi rupanya saya tidak siap dengan jawaban Tuhan untuk menyelesaikan masalah saya. Tuhan sudah memberi tugas untuk merawat keempat anak yang masih kecil ini dan saya kelihatannya mengabaikan bahwa Tuhan begitu serius menanggapi masalah yang saya hadapi. Jadi saya berpikir, "Kalau saya bisa mengatur waktu dengan lebih baik, saya bisa mengatasi semuanya tanpa bantuan orang lain."

Beberapa minggu kemudian saat saya berada di ruang cuci. Saya tertegun melihat pakaian di sekitar mesin cuci. Cucian tetap saja menggunung tidak berkurang sedikitpun walaupun saya sudah berusaha keras untuk mengatur waktu dengan baik. Kenyataannya, cucian yang saya hadapi jauh lebih banyak daripada sebelumnya. "Baiklah Tuhan," kata saya, "Saya pikir saya bisa meminta orang lain membatu mencuci, kecuali pakaian dalam kami."

Sangat mendengar sebuah suara halus dalam hati saya dengan jelas, "Jika kamu ingin cucianmu dibantu, Aku ingin semuanya dibereskan termasuk pakaian dalammu."

Saya menyerah. Gunung cucian itu sekarang telah menunjukkan gunung harga diri saya. Saya sudah memandang rendah tawaran bantuan Betty yang penuh kasih kepadaku.

Saat saya mengangkat gagang telpon, mata saya penuh dengan air mata. Saya hampir tidak sanggup berkata saat mendengar suara Betty yang lembut di ujung telpon. Dengan berbisik saya berkata, "Apakah nenek masih mau membantu saya mencuci?"

Air mata saya mengalir deras saat mendengarnya menjawab dengan sukacita, "Bawa kemari saja sayang. Bawa kemari."

Pakaian kami tidak pernah lebih bersih, lebih bercahaya dan halus dibandingkan dengan selama dua tahun Betty dengan setia dan penuh kasih membantu membereskan semua cucian kami.

Kemudian saat dua anak perempuan asuhan kami telah menemukan rumah tetap mereka - sebuah keluarga yang mengadopsi mereka - kami tahu bahwa kami akan mampu mengatasi semua cucian ini sendiri.

Walaupun tidak lagi membantu kami mencuci, tetapi Betty tetap menjadi nenek yang baik dan penuh kasih bagi anak-anak kami. Suatu hari Betty tertawa saat saya berkata, "Kalau sudah besar saya ingin jadi seperti nenek."

(Oleh Veronica Wintermote)
Elia’s Stories
Kembali Ke Atas Go down
CT Yumin

CT Yumin


Jumlah posting : 672
Location : medan
Registration date : 15.09.08

Kesaksian Nyata Empty
PostSubyek: dua orang negro di lift   Kesaksian Nyata Icon_minitimeThu Oct 09, 2008 1:09 am

Baru-baru ini di Atlantic City - AS, seorang wanita memenangkan sekeranjang koin dari mesin judi.
Kemudian ia bermaksud makan malam bersama suaminya.
Namun, sebelum itu ia hendak menurunkan sekeranjang koin tersebut di kamarnya.
Maka ia pun menuju lift.

Waktu ia masuk lift sudah Ada 2 orang hitam di dalamnya. Salah satunya sangat besar . . . Besaaaarrrr sekali.
Wanita itu terpana. Ia berpikir, "Dua orang ini akan merampokku."
Tapi pikirnya lagi, "Jangan menuduh, mereka sepertinya baik dan ramah."

Tapi rasa rasialnya lebih besar sehingga ketakutan mulai menjalarinya.
Ia berdiri sambil memelototi kedua orang tersebut.
Dia sangat ketakutan dan malu.
Ia berharap keduanya tidak dapat membaca pikirannya, tapi Tuhan, mereka harus tahu yang saya pikirkan!

Untuk menghindari kontak mata , ia berbalik menghadap pintu lift yang mulai tertutup.
Sedetik . . . Dua detik . . . Dan seterusnya.
Ketakutannya bertambah! Lift tidak bergerak! Ia makin panik!
Ya Tuhan, saya terperangkap dan mereka akan merampok saya. Jantungnya berdebar, keringat dingin mulai bercucuran.

Lalu, salah satu dari mereka berkata, "Hit the floor" (Tekan Lantainya).

Saking paniknya, wanita itu tiarap di lantai lift dan membuat koin berhamburan dari keranjangnya.
Dia berdoa, ambillah uang saya dan biarkanlah saya hidup.

Beberapa detik berlalu. Kemudian dia mendengar salah seorang berkata dengan sopan,
"Bu, kalau Anda mau mengatakan lantai berapa yang Anda tuju, kami akan menekan tombolnya."

Pria tersebut agak sulit untuk mengucapkan kata-katanya karena menahan diri untuk tertawa.

Wanita itu mengangkat kepalanya Dan melihat kedua orang tersebut.
Merekapun menolong wanita tersebut berdiri.

"Tadi saya menyuruh teman saya untuk menekan tombol lift dan bukannya menyuruh Anda untuk tiarap di lantai lift," kata seorang yang bertubuh sedang.
Ia merapatkan bibirnya berusaha untuk tidak tertawa.

Wanita itu berpikir, "Ya Tuhan, betapa malunya saya. Bagaimana saya harus meminta maaf kepada mereka karena saya menyangka mereka akan merampokku."

Mereka bertiga mengumpulkan kembali koin-koin itu ke dalam keranjangnya.

Ketika lift tiba di lantai yang dituju wanita itu, mereka berniat untuk mengantar wanita itu ke kamarnya karena mereka khawatir wanita itu tidak kuat berjalan di sepanjang koridor.
Sesampainya di depan pintu kamar, kedua pria itu mengucapkan selamat malam.
Dan wanita itu mendengar kedua pria itu tertawa sepuas-puasnya sepanjang jalan kembali ke lift.

Wanita itu kemudian berdandan dan menemui suaminya untuk makan malam.

Esok paginya bunga mawar dikirim ke kamar wanita itu, dan di setiap kuntum bunga mawar tersebut terdapat lipatan uang sepuluh dolar.
Pada kartunya tertulis: "Terima kasih atas tawa terbaik yang pernah Kita lakukan selama ini."
Tertanda:
Eddie Murphy & Michael Jordan
(Eddie Murphy adalah bintang film Holywood, dan Michael Jordan adalah Bintang basket NBA)
Kembali Ke Atas Go down
Liman

Liman


Jumlah posting : 148
Age : 32
Location : Medan..
Registration date : 07.10.08

Kesaksian Nyata Empty
PostSubyek: Re: Kesaksian Nyata   Kesaksian Nyata Icon_minitimeMon Nov 03, 2008 12:27 am

Silakan ikuti... hehe
Kembali Ke Atas Go down
http://www.johanliman.co.cc
schleiermacher

schleiermacher


Jumlah posting : 42
Location : Sumut
Registration date : 13.10.08

Kesaksian Nyata Empty
PostSubyek: Cepat Menghakimi? Fatal akibatnya (true story)   Kesaksian Nyata Icon_minitimeTue Nov 04, 2008 8:04 pm

Maaf... ada yang mau lewat!!!
gw ada true story... silakan baca...

Gaya hidup yang tidak baik untuk dikembangkan adalah terlalu cepat mengambil kesimpulan apalagi menghakimi. Menyalahkan seseorang tanpa menyelidiki apakah pikiran tersebut benar atau tidak, kadang-kadang bisa berakibatkan sangat fatal, seperti cerita berikut ini yang konon diberitakan oleh Xia Wen Pao tahun 2007 dengan judul : Kisah di Musim Dingin

Adalah seorang wanita bernama Siu Lan, seorang janda miskin, beranak satu putri bernama Lie Mei, 7 tahun. Kemiskinan memaksanya untuk membuat kue-kue dan menjajakannya sendiri di pasar untuk biaya hidup berdua.
Tidak seperti anak kecil lain, karena hidup penuh dengan kekurangan, Lie Mei tidak bermanja-manja pada ibunya.
Pada suatu musim dingin, selesai membuat kue, Siu Lan melihat keranjang untuk menjaja kue sudah rusak berat. Ia kemudian berpesan agar Lie Mei menunggu di rumah karena ia akan membeli keranjang yang baru.
Sepulang dari membeli keranjang kue, Siu Lan marah besar karena ia mendapati pintu rumahnya tidak terkunci dan Lie Mei tidak ada di rumah. Ia berpikir bahwa putrinya itu benar-benar tidak tahu diri, sudah hidup susah masih juga pergi bermain dengan teman-temannya dan tidak menjaga rumah seperti pesannya. Skuit kec
Siu lan menyusun kue ke dalam keranjang, dan pergi ke pasar untuk menjajakannya. Salju yang tebal tidak menyurutkan niatnya untuk menjual kue. Apa boleh buat, ia harus mencari uang untuk makan.
Sebagai hukuman bagi Lie Mei, putrinya itu, pintu rumah dikunci Siu Lan dari luar agar ia tidak bisa masuk ke rumah.
“Putri kecil itu harus diberi pelajaran,” pikir Siu Lan dengan geram. “Dia sudah berani kurang ajar”.
Sepulang menjajakan kue, Siu Lan menemukan Lie Mei, gadis kecil itu tergeletak di depan pintu. Ia berlari memeluk Lie Mei yang membeku dan ternyata tidak bernyawa. Siu Lan berteriak membelah kebekuan salju dan menangis meraung-raung, tapi Lie Mei tetap tidak bergerak. Dengan segera, Siu Lan membopong Lie Mei masuk ke rumah.
Ia mengoncang-goncangkan tubuh beku putri kecilnya sambil berteriak nama Lie Mei. Tiba-tiba jatuh sebuah bungkusan kecil dari tangan Lie Mei. Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu dan membukanya. Bungkusan itu berisi sebungkus kecil biscuit yang dibungkus kertas using. Siu Lan tahu coretan pada kertas using itu adalah tulisan Lie Meiyang masih berantakan namun tetap terbaca, “Hi..hi..hi.. mama pasti lupa. Ini hari istimewa buat mama. Aku membelikan biscuit kecil untuk hadiah. Uangku tidak cukup untuk membeli biscuit yang besar. Hi..hi..hi… mama selamat ulang tahun.”

Salam
Shleirmacher
Kembali Ke Atas Go down
Liman

Liman


Jumlah posting : 148
Age : 32
Location : Medan..
Registration date : 07.10.08

Kesaksian Nyata Empty
PostSubyek: Re: Kesaksian Nyata   Kesaksian Nyata Icon_minitimeSat Nov 08, 2008 1:00 am

Subject: Kesaksian Nyata - Orang Mati DIBANGKITKAN

Kesaksian Nyata - Orang Mati DIBANGKITKAN

Tuhan Yesus telah Bangkitkan Saya dari Kematian
Dominggus K.

“Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya.” Yohanes 5:21

Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, dalam kesempatan ini saya akan bersaksi tentang peristia kematian dan kehidupan yang saya alami pada tanggal 15 Desember 1999. peristiwa ini juga merupakan suatu tragedy bagi yayasan Doulos, Jakarta dimana STT Doulos ada di dalamnya dan saya adalah mahasiswa yang tinggal di asrama. Sebelum penyerangan dan pembakaran Yayasan Doulos tanggal 15 Desember itu, beberapa kali saya mendapat mimpi-mimpi sebagai berikut:

1. Minggu, 12 Desember 1999, saya bertemu dengan Tuhan Yesus dan malaikat, saya terkejut dan bangun lalu berdoa selesai saya tidur kembali.
2. Senin, 13 Desember 1999, saya bermimpi lagi, dengan mimpi yang sama.
3. Selasa, 14 Desember 1999, dalam mimpi saya bertemu dengan seorang pendeta pada suatu ibadah KKR, isi khotbah yang disampaikan mengenai akhir zaman, adanya penganiayaan dan pembantaian.
4. Rabu, 15 Desember 1999, kurang lebih pukul 08.00 pagi, saya mendapatkan huruf “M” dengan darah di bawah kulit pada telapak tangan kanan saya. Dalam kebingungan dan sambil bertanya-tanya dalam hati, apakah saya akan mati? Saya bertanya kepada teman-teman dan pendapat mereka adalah bahwa kita akan memasuki millennium yang baru. Walaupun pendapat mereka demikian saya tetap merasa tidak tenang serta gelisah karena dalam pikiran saya huruf “M” adalah mati, bahwa saya akan mengalami kematian. Saya hanya bisa berdoa dan membuka Alkitab. Sekitar pukul 15.00 saya membaca firman Tuhan dari Kitab Yeremia 33:3 “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab Engkau.” Dan pada pukul 18.00, tanda huruf “M” di telapak tangan saya sudah hilang.


Benar atau tidak saya tidak tau, sumber http://www.gki.or.id/forum/index.php?PHPSESSID=9g46k6428f76ra8qkhblulfb80&topic=126.0
Kembali Ke Atas Go down
http://www.johanliman.co.cc
Ellen

Ellen


Jumlah posting : 192
Age : 36
Location : Medan
Registration date : 06.11.08

Kesaksian Nyata Empty
PostSubyek: Re: Kesaksian Nyata   Kesaksian Nyata Icon_minitimeThu Nov 20, 2008 8:28 am

Kesaksian orang yang hampir dijebak GS (Gereja Setan) :

Hati-Hati Panggilan Interview...!!!

Selasa tgl 2 February waktu itu gw lagi lunch bareng teman, gw kenalan
dengan seorang wanita yang penampilanya ok, dia mengaku bahwa dia kerja
di plaza sentral sudirman lt 23. besoknya rabu aku dapat tlp untuk
interview kerja di lt 23 plaza central sudirman, setelah di terima oleh
CS, aku disuruh menunggu di ruang tunggu, ruanganya besar tapi agak
gelap, setelah munggu 5 menit, aku mulai merasa ruangannya aneh, kantor
tapi gelap. tidak berapa lama kemudian, aku kaget karna cewek yang aku
kenal waktu lunch kemarin dia yang menginterview, aku merasa ada yang
ga beres. lalu dipersilakan menuju ruang interview, betapa kagetnya
aku, bahwa disitu ada salib terbalik, dan gambar2 yang menurut gw
sangat bertentangan dengan agama, dan org2 disekitar situ pada umumnya
ororang2 muda.setelah di interview yang tugas utamanya adalah
untukmenarik orang2 muda untuk masuk ke dalam gereja setan, 1 org dapat
berarti menerima gaji 2 juta. kontan aku menolak dan langsung
pergi....seblum sampe pintu utama ktr itu, aku merasa ada sesuatu
menarik aku kembali, lalu cewek itu datang kembali dan memikirkan
keputusanku. aku di berikan sebuah buku di dalamnya tentang visi dan
misi gereja setan.dan gereja terbesar ada di jln pasteur bandung.
mungkin diantara teman2 ada yang mendapat tlp utk di interview dengan
alamat plaza central lt 23, harap hati2.... krn seluruh lt 23 hanya ada
1 perusahaan, itu adalah mereka (pt brotherhood group).

Sumber : Kenia
Kembali Ke Atas Go down
m46613

m46613


Jumlah posting : 620
Location : Internet Cafe
Registration date : 26.09.08

Kesaksian Nyata Empty
PostSubyek: Kisah Yu Yuan : A Touching Story   Kesaksian Nyata Icon_minitimeThu Nov 27, 2008 9:46 pm

Kisah Yu Yuan : A Touching Story

Kisah ini tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang
bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim
piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Satu kalimat
terakhir yang ia tinggalkan di batu nisannya adalah "Saya pernah datang dan
saya sangat penurut". Anak ini rela melepasakan pengobatan, padahal
sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang
didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dia membagi dana
tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang
juga sedang berjuang menghadapi kematian. Dan dia rela melepaskan
pengobatannya.

Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia
hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun
yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang
Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak
menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini,
mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya.

Unknown

Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 Imlek, adalah saat dimana
papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah
papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat
menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20
November jam 12.

Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai
melemah. Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka
kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi
tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, "Saya makan apa, maka kamu juga
ikut apa yang saya makan." Kemudian, papanya memberikan dia nama Yu Yan.

Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang
anak, tidak ada ASI dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu
memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil
anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat
penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan
bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga
sering memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari kecil sering
sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Ditengah ketakutan dan
kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.

Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai dari umur lima
tahun, dia sudah membantu papanya mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju,
memasak nasi dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia
sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang
orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya
mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang
anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.

Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus
giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya
yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah
mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu
yang terjadi di sekolahnya di ceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia
bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.

Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun
tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia
dengan papa, ia sudah sangat berbahagia. Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan
mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka,
ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata
berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan
pendarahan tersebut, sehingga papanya membawa Yu Yuan ke sebuah Puskesmas
desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga
mengeluarkan darah dan tidak mau berhenti. Di pahanya mulai bermunculan
bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu
Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa.

Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian
sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri di kursi yang panjang untuk
menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus
mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian
mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung
Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh
berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk
diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena
Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan
biaya sebesar $300.000. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring
lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan
anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan teman dan
ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya mengambil
keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu satunya. Tapi
karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan
seorang pembeli.

Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam
hati Yu Yuan merasa sedih. Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya,
air mata pun mengalir di kala kata-kata belum sempat terlontar... "Papa saya
ingin mati".

Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, "Kamu baru berumur 8
tahun kenapa mau mati?". "Saya adalah anak yang dipungut, semua orang
berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah
saya keluar dari rumah sakit ini."

Pada tanggal 18 Juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf,
menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur
delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan
pemakamannya sendiri.

Hari itu juga setelah pulang kerumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah
memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia
ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya:
"Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya, lihatlah foto ini".
Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli
baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya
memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah.
Begitu mencoba dan tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di
sebuah studio foto. Yu Yuan kemudia memakai baju barunya dengan pose
secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha
tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir
keluar. Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat
kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari
pohon dan hilang ditiup angin.

Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian
menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita
tentang anak yang berumur 8 tahun mengatur pemakamannya sendiri dan akhirnya
menyebar ke seluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh
seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu negara bahkan
sampai ke seluruh dunia. Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk
menggalang dana bagi anak ini. Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan
yang sangat kuat bagi setiap orang.

Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese di dunia saja
telah terkumpul 560.000 dollar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik
kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.

Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan, tetapi dana terus
mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah
ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan
juga telah dilewati.. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan. Ada
seorang teman di-email bahkan menulis: "Yu Yuan, anakku yang tercinta saya
mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu
cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu
Yuan, anakku tercinta."

Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu
kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul,
membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan
hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita di
dalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di
ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum
padanya. Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan
proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan
terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh.
Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum
suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga
tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu Yuan yang dari dari
lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu.
Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak
perempuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.

Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil
dengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min
kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, "Anak yang baik". Semua
orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup
dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan
banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan
melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Ia
pernah mengalami pendarahan di pencernaan dan selalu selamat dari bencana.
Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua
orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.

Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah
menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik
Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan
semakin lemah.

Pada tanggal 20 Agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan: "Tante,
kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya? Tanya Yu Yuan kepada wartawan
tersebut. Wartawan tersebut menjawab, "Karena mereka semua adalah orang yang
baik hati." Yu Yuan kemudian berkata : "Tante, saya juga mau menjadi orang
yang baik hati." Wartawan itupun menjawab, "Kamu memang orang yang baik...
Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik". Yu
Yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada
ke Fu Yuan. "Tante ini adalah surat wasiat saya."

Fu Yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu Yuan
telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang
anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan
di atas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam
bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal
tante Fu Yuan.

Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan
sebutan singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini
adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Tolong,……. Dan dia juga ingin
menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang-orang yang selama
ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar. "Sampai jumpa tante, kita
berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana
pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakan ini juga pada
pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu
dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas
sembuh". Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang
membasahi pipinya.

"Saya pernah datang, saya sangat patuh," demikianlah kata-kata yang keluar
dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 Agustus, karena pendarahan di pencernaan
hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan
infus untuk bertahan hidup. Mula mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan
mengambil mie instan dan memakannya.. Hal ini membuat pendarahan di
pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun secepatnya
memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah
melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun
ikut menangis.

Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak
bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut
akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan
ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air sungguh telah
pergi ke dunia lain..

Di kecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar
kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan
karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata
dengan pelan "Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil di atas
langit, kepakkanlah kedua sayapmu. Terbanglah……………" demikian kata-kata dari
seorang pemuda tersebut.

Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis.
Didepan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar
kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa-mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh
Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan
melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari
berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan.

Di depan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa.
Diatas batu nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku sangat patuh" (30
Nov 1996- 22 Agustus 2005). Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat
riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup
telah menerima kehangatan dari dunia.

Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan
kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima
bantuan dana Yu Yuan itu adalah : Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu,
Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua
berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang
berjuang melawan kematian.

Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan
di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang
pun terlukis diraut wajah anak tersebut. "Saya telah menerima bantuan dari
kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan, kamu pasti sedang melihat kami
diatas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya
dengan kata-kata "Aku pernah datang dan aku sangat patuh".
Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content





Kesaksian Nyata Empty
PostSubyek: Re: Kesaksian Nyata   Kesaksian Nyata Icon_minitime

Kembali Ke Atas Go down
 
Kesaksian Nyata
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» Doku.......
» Apa "salahnya" dengan lagu Mujizat itu Nyata?

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
KRMI GMI Gloria :: Stories-
Navigasi: